Monday, September 8, 2008

Distribusi Golden Harvest

Ketahanan Pangan Lewat Network Marketing

KACAUNYA DISTRIBUSI PUPUK MENGEMBALIKAN ROMANTISME PADA SWASEMBADA PANGAN 1984, MAKLUMLAH SAAT ITU, DISTRIBUSI KEPERLUAN PETANI DISALURKAN SECARA TERTUTUP: LEWAT NETWORKING KUD, KINI UPAYA ITU COBA DIKEMBALIKAN LAGI LEWAT TIENS GOLDEN HARVEST

Kemampuan networking sebagai sebuah distribusi, termasuk memberikan kemakmuran, tak perlu diragukan lag. Buktinya keberhasilan Bank Grameen, menggerus kemiskinan di Bangladesh. Bank yang didirikan peraih Nobel Perdamaian 2006, Muhammad Yunus, membuat jaringan kepada nasabahnya yang mencapai jutaan. Setiap nasabah, dalam mengajukan pinjaman, harus mendapat “restu” dari empat rekannya dijaringan – setiap jaringan minimal lima nasabah. Lalu, persis seperti networking marketing, ada pertemuan rutin yang mengisikan pengembalian pinjaman, dukungan, pelbagai aktivitas pendidikan praktis yang inspiratif, mulai dari ide bisnis baru, presentasi kesehatan, topik keuangan sampai latihan singkat berkelompok.

Begitupun keberhasilan bangsa ini dalam swasembada beras, 1984 lalu. Siapa sangka, rezim yang dikonotasikan orotiter, represif, korupsi, koncoisme, itu mengembangkan distribusi “jaringan tertutup” lewat Koperasi Unit Desa (KUD) mengenai pertanian.

Romantisme masa lalu itu, yang kini menggelora dikalangan networking marketing, menyusul Tiens Golden Harvest, masuk dalam daftar produk anyar perusahaan networking marketing asal Cina terserbut. Apalagi pupuk itu, sesuai rekomendasi para pakar peranian : pupuk organic.

Tak heran, setelah Indonesia masuk daftar rawan krisis pangan oleh FAO, “kampanye” pupuk organik pun, seperti kandang dan kompos, terus saja berkumandang. Lebih – lebih setelah langkanya pupuk bersubsidi yang kerap kali diselewengkan – dampak dari diperdagangkan secara bebas sarana pertanian di era reformasi, keberadaan pupuk organi menjadi “obat penawar” ditengah carut marutnya pendistribusian pupuk. Tapi jangan ge-er dulu. Pasalnya untuk menyiapkan pupuk kompos atau kandang, tidaklah sederhana dan semudah yang dibayangkan, termasuk biayanya.

Lagi-lagi, Tiens Golden Harvest, bisa menjadi solusi dan lebih ekonomis, Alasannya, satu hektar sawah itu hanya membutuhkan 6 liter pupuk cair Tiens Golden Harvest. “Jadi, satu liter Golden Harvest itu, kemampuannya lebih dari 1 ton kompos”. Alhasil, dibandingkan pupuk kompos, maka Tiens Golden Harvest, jauh lebih ekonomis.

Hubungannya dengan ketahanan pangan? “Hitung-hitungannya sangat sederhana”, sebagai asumsi dari 2 juta anggota Tianshi saat ini, anggap saja yang aktif hanya 50 persen, yaitu 1 juta orang. Dari satu juta itu, katakanlah setiap orang membeli/menjual 1 liter perbulan. Otomatis, selama setahun, akan terjual 12 juta liter pupuk cair Tiens Golden Harvest. Dengan jumlah itu, maka akan melayani 2 juta hektar tanah, sehingga ada kenaikan produksi 1,35 juta ton. Sementara kemampuan produksi nasional 34 juta ton. “Jadi kalau ditambahkan, total 35,35 juta ton beras”. Sedangkan kebutuhan beras nasional, diperkirakan sekitar 32 juta ton, dengan begitu ada cadangan 3,35 juta ton.

Nah, cadangan itu, bisa kita diekspor sehingga menambah devisa. Kenaikan ini hanya dari konstribusi paling minim dari satu juta anggota Tianshi dengan membidik padi, pada hal potensi Tiens Golden Harvest, bukan hanya padi, juga komoditas lainnya seperti kelapa sawit, jagung, coklat dan lain-lain.

Walhasil, keberadaan Tiens Golden Harvest, merupakan simbiosis mutualisme kepada pihak mana pun entah petani, bersinergi dengan pabrik untuk ‘mengalihkan’ pupuk bersubsidi menjadi ekspor, mempersingkat jalur distribusi sehingga tepat waktu supply, mengembalikan kesuburan tanah karena teknologinya ramah lingkungan, “Jadi banyak sisi positifnya” tegas Amal selaku Ketua Penanggungjawab Ketahanan Pangan di Dekopin (Dewan Koperasi Indonesia).


Untuk Pemesanan Pupuk Tiens Golden Harvest dapat menghubungi Distributor melalui :

bebaswaktu@yahoo.com & Phone:022-91510024 (sms)

Setelah konfirmasi melalui SMS kami akan mengirimkan informasi produk lengkap melalui email

Harga Per Liter : Distributor Rp.90.000,- Konsumen Rp.103.500,-


No comments: